PENTINGNYA PENERAPAN ASESMEN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN IPS - Tugas Kuliahku
Artikel terkini :
Home » » PENTINGNYA PENERAPAN ASESMEN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN IPS

PENTINGNYA PENERAPAN ASESMEN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Written By Alfi Nur'aini on Minggu, 23 Januari 2011 | 19.41

Kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru mengusai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap pencapaian kompetensipeserta didik yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya atau kebijakan perlakuan terhadap peserta didik terkait dengan konsep ketuntasan belajar.
Secara teoritis penilaian hendaknya menjangkau ketiga ranah yang menjadi acuan pengukuran kompetensi hasil belajar, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik bahkan mungkin termasuk kemampuan metakognisi, jika pembelajaran siswa dikembangkan sampai kompetensi-kompetensi critikal thinking atau creative thinking. Oleh sebab itu penilaian yang dikembangkan guru sebaiknya menjangkau ketiga ranah tersebut, walaupun dengan menggunakan instrumen tes hanya terbatas untuk indikator kompetensi kognitifsementara itu kompetensi lainnya dapat menggunakan instrumen non-tes, apakah dengan pengamatan, anecdotal record, skala likert, kinerja atau menggunakan data-data portofolio yang dapat menjangkau pengukuran kompetensi peserta didik sampai pada level metakognitif.
Paparan di atas menunjukkan bahwa untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pembelajaran penilaian mutlak harus dilaksanakan. Dengan demikian kegiatan penilaian itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penilaian dapat memungkinkan berbagai aspek, diantaranya:
 mengukur kompetensi atau kapabilitas peserta didik apakah mereka telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan;
 menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat diadakan;
 memutuskan ranking siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah disepakati;
 memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya startegi mengajar yang ia gunakan, supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan;
 merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.
Untuk itu, kesadaran akan pentingnya penilaian terutama penilaian afektif dan psikomotorik mulai muncul dan terus digali instrumen-instrumen yang efektif untuk menguji ketercapaian kompetensi tersebut, yaitu sikap menerima, menanggapi, menanamkan nilai-nilai pada perilaku, mengadaptasi nilai dan keterampilanketerampilan yang hendaknya dimiliki peserta didik seperti keterampilan sosial, keterampilan berkomunikasi dan sebagainya. Semua level-level kompetensi ini diakui penting oleh para guru dan pendidik, namun tidak menjadi kultur untuk dievaluasi dan tidak juga dijadikan kebiasaan di persekolahan. Padahal penilaian itu harus holistis, sehingga guru dapat mendapatkan gambaran menyeluruh tentang perubahan-perubahanyang terjadi pada peserta didiknya. Oleh karena itu, Gronlund menyampaikan kritiknya terhadap tes kertas dan pensil yang hanya mampu mengukur perubahan-perubahan kognisi peserta didik, sementara itu perilaku berpikir, kebiasaan, sikap sosial, apresiasi jarang digunakan bahkan tidak pernah tersentuh oleh penilaian.
Untuk itu, Gronlund menawarkan penggunaan cara observasi sebagai alat untuk mengukur perubahan sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dengan menggunakan tiga bentuk instrumen, yaitu anecdotal record, rating scale dan checklist (Gronlund, 1990:275). Sementara itu, Worthen menawarkan questionnaire, interview dan observasi sebagai alat pengukuran rating scale (Worthen, 1999:319). Sementara W. James Popham mengangkat instrumen skala sikap likert dan semantic differential sebagai instrumen untuk mengukur perubahan-perubahan afektif (Popham, 1999:207).
Kemudian Roger Farr dan Bruce Tone menambahkan dengan memposisikan portofolio, tidak sekedar kumpulan karya peserta didik selama mereka menempuh pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu, tetapi juga menjadi sumber informasi data tentang kemajuan kompetensi siswa yang bisa diasses oleh siswa sendiri dan juga gurunya (Farr, 1998:10). Sedangkan Lynn S. Fuchs (Dalam Zainul, 2001:10) menyoroti asesmen kinerja yang dapat memperbaiki proses pembelajaran, karena asesmen ini membantu guru untuk membuat keputusan selama proses pembelajaran masih berjalan. Lebih anjut Fuchs mengemukakan setidaktidaknya ada tiga bentuk keputusan yang dibuat guru selama mengajar, yaitu keputusan tentang: penempatan, formatif dan diagnostik . Ketiga bentuk keputusan ini akan sangat membantu proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik. Informasi di atas menunjukkan bahwa penilaian proses sangat diperlukan, terutama untuk mengukur aspek keterampilan, sikap dan nilai. Salah satunya berupa asesmen kinerja.
Asesmen kinerja merupakan salah satu bentuk asesmen alternatif yang selalu mengajak siswa untuk berpikir secara lebih luas dan mendalam mengenai suatukasus. Menurut Asmawi Zainul (2001:10-11) asesmen kinerja adalah asesmen yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan menjawab atau memilih jawaban dari alternative jawaban yang telah disediakan. Lebih lanjut Asmawi mengemukakan bahwa secara prinsip asesmen kinerja terdiri dari dua bagian, yaitu tugas (taks) dan criteria .
Tugas-tugas kinerja dapat berupa suatu proyek, pameran, portofolio atau tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik memperlihatkan kemampuan kinerja. Tugas-tugas asesmen kinerja dapat diwujudkan dengan bentuk: computer adaptive testing, tes pilihan ganda yang diperluas, extended-response atau open ended question, group performance assessment, individual performance assessment, interview, observasi, portofolio, project, exhibition, short answer dan lain sebagainya.
Karakteristik utama asesmen kinerja tidak hanya mengukur hasil belajar peserta didik saja, tetapi secara lengkap memberi informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran. Dengan perkataan lain asesmen kinerja merupakan proses yang menyertai seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran dengan cara siswa mempertunjukkan kinerjanya. Seperti yang dikemukakan Frederick Drake (2000) bahwa asesmen kinerja adalah alat untuk memperbaiki cara mengajar guru dan cara belajar peserta didik.
Uraian di atas memperlihatkan keterhubungan antara asesmen dengan proses pembelajaran bahkan asesmen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran tersebut. Karena itu asesmen tidak hanya mengukur salah satu atau beberapa aspek kemampuan peserta didik saja, tetapi harus mengukur seluruh kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, asesmen kinerja dapat dijadikan alternatif penilaian bagi menumbuhkan minat siswa dalam belajar karena melalui asesmen ini peserta didik dapat belajar dari banyak hal, misalnya dari:
1. pengalaman selama mengerjakan tugas-tugas kelompok atau individu yang diberikan pendidik,
2. kegiatan membaca buku-buku, jurnal, majalah, koran atau internet,
3. hasil-hasil penelitian, project, exhibition atau demontrasi,
4. hasil observasi atau hasil wawancara yang dilakukan peserta didik,
5. kumpulan hasil karya peserta didik dalam bentuk portofolio,
6. mengerjakan tes pilihan ganda yang diperluas, yakni tes yang menuntut peserta tes bukan hanya memilih jawaban yang dianggap benar tetapi juga tes inimenuntut peserta tes berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar, dan lain sebagainya, sehingga diharapkan terjadi proses perubahan tingkah laku peserta didik menuju kondisi belajar yang lebih baik dan pada akhirnya diharapkan kegiatan belajar menjadi bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya.
Dalam melaksanakan asesmen kinerja hendaknya diikuti dengan asesmen rubric merupakan panduan untuk memberi skor secara jelas dan disepakati oleh guru dan peserta didik. Karena kedua pihak memiliki kesepatan dan pedoman bersama yang jelas maka rubric diharapkan dapat menjadi pendorong atau motivator bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Rubrik terdiri dari dua bentuk yaitu holistic rubric.
Share this article :

1 komentar:

  1. How to bet on sports toto: 12 sports toto
    The top sports 바카라 규칙 toto sites are those which are most likely to 사설 토토 사이트 offer odds from the sportsbook. The 188bet most 사이트 추천 popular bets 대딸 야동 are those that offer betting odds

    BalasHapus

Cari Blog Ini

Total Tayangan Halaman

Pengikut

 
Template Design by Creating Website Published by Mas Template
Copyright © 2011. Tugas Kuliahku - All Rights Reserved